Blog "Manajemen Dakwah" ini memuat kajian tentang manajemen dakwah dan manajemen organisasi Islam beserta perangkat pendukungnya, seperti komunikasi, antropologi, sosiologi, ekonomi, hukum, dan sebagainya. Kesemuanya menjadi kajian di Fakultas Dakwah khususnya dan IAIN Sumtera Utara umumnya.
Senin, 17 September 2012
هداية المرشدين BAHAN UJIAN SEMESTER I
STUDI NASKAH
هداية المرشدين
تاءليف
الشيخ على محفوظ
المباحث الفصل الثانى
السنن العامة في دعوة الرسول الى الدين
هدى سيدنا محمد صلوات الله وسلامه فى نشرالدعوة
- الاصل الاول الحجج البالغة
- الثانى الاساليب الحكيمة
- الثالث الأداب السامية
- الرابع السياسة الحكيمة
Oleh :
Hasnun Jauhari Ritonga
Pembimbing:
Prof. Dr. H. Asmuni, M.Ag.
PROGRAM DOKTOR KOMUNIKASI ISLAM
PASCASARJANA IAIN-SU
MEDAN
2012
تاءليف
الشيخ على محفوظ
المباحث الفصل الثانى
السنن العامة في دعوة الرسول الى الدين
Karakteristik Umum Dakwah Para Rasul Kepada Agama
Melalui kisah yang disampaikan Allah Swt. di dalam Al-Qur’an kepada Rasulullah Saw. digambarkan bahwa para Nabi dan Rasul semuanya sangat memperhatikan dakwahnya kepada kaumnya, terutama dalam kaitannya dengan:
1) Nilai-nilai ketauhidan (yaitu tauhid uluhiyah, yakni keyakinan bahwa Allah sajalah Tuhan yang berhak disembah; dan tauhid rububiyah, yakni keyakinan bahwa Allah-lah sebagai pemelihara alam yang mengatur segala urusan).
2) Ibadah (dengan perhatian pada soal keikhlasan dan ketawadhu’an).
3) Keimanan kepada Hari Akhirat (dengan segala hal yang terjadi di sana), baik tentang Hari Berbangkit maupun adanya pembalasan terhadap amal perbuatan.
4) Keimanan kepada para rasul dengan tanpa mempertentangkan antara satu rasul dengan rasul yang berikutnya.
5) At-Tarhib atau pemberian kabar gembira/baik bagi orang yang taat kepada Allah.
6) At-Targhib atau kabar takut bagi orang yang berbuat kesalahan dan kemaksiatan, memberikan motivasi agar memiliki akhlak yang baik.
7) Melarang/mencegah dari akhlak yang buruk.
Semua Rasul yang diutus Allah juga memperhatikan penyakit-penyakit masyarakat (pekat) yang terjadi di kalangan umatnya. Nabi Nuh, Hud, Shaleh, dan Ibrahim, ‘alaihimussalam, misalnya, sangat memperhatikan aspek ketauhidan dan menebas habis kemusyrikan, sebab bagi mereka kemusyrikan (menduakan Tuhan) sangat bertentangan dengan akal, dan adapun Nabi Luth a.s. menekankan pada pentingnya menebas habis “al-fahisyah” (pada masa ini berkembang ‘LIWATH’=homoseksual), Nabi Syu’aib a.s. selain mendakwahkan ketauhidan, juga memberantas para pedagang yang monopoli dan mengurangi timbangan, sedangkan Nabi Musa a.s. diutus dan berdakwah kepada bangsanya, Israel yang di dalamnya ada Fir’aun dan keluarganya yang thaghut dan zalim. Tugas risalah, sebagaimana di atas, dijalani para Rasul dengan penuh kesabaran dan tabah menghadapi segala macam cobaan. Yang menjadi tujuan utama mereka adalah berkurangnya (terobatinya) segala keburukan, dan yang merusak sendi-sendi kehidupan kaumnya, demikian juga dimulai dari pengurangan bahaya dan kemudratannya yang besar.
Demikianlah karakteristik umum dakwah para Rasul, semoga dakwah mereka menjadi petunjuk, dan secara terperinci dapat dirujuk ke dalam buku Dakwah Para Rasul karangan Syaikh Muhammad al-‘Adawi.
***
هدى سيدنا محمد صلوات الله وسلامه عليه فى نشرالدعوة
- الاصل الاول الحجج البالغة
Petunjuk Nabi Saw Dalam Penyebaran Dakwah
* Dasar yang Pertama: Hujjah yang Jelas/Efektif
Adalah dakwah Nabi Saw. ditegakkan pada ayat yang jelas dan hujjah/argumentasi yang bijaksana, oleh karena itulah maka dakwah tersebut tersebar dan diterima oleh akal sehat dan menyentuh perasaan, menggetarkan hati nurani, dan bukan saja berhenti pada intuisi, tetapi memang atas dasar kebenarannya yang tak terbantahkan, dengan demikian (dakwah) tersebut bukanlah sebagai ilusi saja, melainkan dakwah tersebut diarahkan kepada kepada hal-hal yang benar yang diterima oleh pemikiran yag sehat dan pemikiran tentang alam dan hal-hal yang gejala dan fakta alamiah.
Berdasarkan hal tersebut, berarti ada (Pencipta) yang tiada sekutu bagi-Nya, Yang Maha Ada dengan keberadaan-Nya yang sempurna, oleh karena itulah para da’i terpanggil untuk mengajak mereka (umat manusia) untuk memikirkan/meneliti alam melalui metode pemikiran yang benar, penelitian yang tepat, dan pencarian alasan yang logis bahwa Pencipta alamlah yang membuatnya teratur/sistematis dan nyata, mengaturnya pada sistem yang indah, maka sudah pastilah ada yang Maha Kuat, Maha Kuasa, Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana (yang menjadikannya), demikian juga tidak ada yang bisa mengalahkan, dan tidak ada yang bisa mengimbangi ilmunya bahkan setitikpun baik di langit maupun di bumi ...............
***
- الثانى الاساليب الحكيمة
* Yang Kedua: Penggunaan Metode yang Cermat/Bijaksana
Sesungguhnya pada sebuah kebenaran dan keutamaan itu terdapat cahaya dan pesona yang luar biasa, dimana setiap diri merasa tertarik kepadanya sebab hal itu merupakan “fithrah” dasar manusia. Dan bahkan setiap orang yang berupaya merusak fithrah yang sehat itu berarti memiliki tujuan untuk merusak keturunan, atau merusak pendidikan dengan hukum yang diwariskan oleh “zaman hukum rimba”, maka orang-orang seperti itu berarti tidak memperhatikan cahaya kebenaran, dan bahkan sepertinya tidak tampak bagi mereka indahnya keutamaan karena kebenaran yang jelas yang menjadi ikutan mereka hanyalah kosong lagi sia-sia (bukan kebenaran yang hakiki) ......
Di antara metode-metode yang cermat/bijaksana dalam dakwah adalah 1) apabila ditanya tentang sesuatu yang khusus, maka dijawab dengan tepat dan meluas selagi berkaitan dengan pertanyaan, sehingga jawaban tersebut terselesai menurut penanya dan orang lain; 2) kemudahan apabila menyelesaikan sesuatu hal, sebagaimana di kantor-kantor kenegaraan atau pemerintahan; 3) menyelesaikan permasalahan dengan memberikan gambaran terhadap apa yang dituntut kepadanya, seperti yang disebutkan Nabi Saw.: “Barang siapa yang menunjukkan atas kebaikan, maka baginya ganjaran seperti orang yang mengerjakannya tersebut” (HR. Muslim); 4) dan membuat contoh-contoh dan melahirkan perumpamaan yang menunjukkan kepada kebenaran (hakikat)-nya.
***
- الثالث الأداب السامية
* Yang Ketiga: Beretika Tinggi
Sesungguhnya dakwah yang kuat itu haruslah memiliki hujjah dan metodologi yang tepat/cermat/bijaksana. Di antara contoh-contoh etika yang sempurna itu adalah:
1. Seorang juru dakwah adalah yang penyayang, lembut, tetap pendirian, dan sabar;
2. Seorang juru dakwah harus totalitas memberikan ungkapan (bahasa) yang lemah lembut dan memiliki perilaku yang bagus; dan
3. Seorang juru dakwah tidak semata-mata memandang satu orang saja untuk mengajarinya adab atau membimbingnya padahal ia berada di lingkungan pengajaran yang umum.
***
- الرابع السياسة الحكيمة
* Yang Keempat: Perumusan Strategi yang Tepat/Bijaksana
Sesungguhnya strategi yang bijak sangat besar pengaruhnya dalam keberhasilan dakwah, pembangunan negara, menguatkan pemerintahan, dan tingginya kedudukan. Ada 8 (delapan) hal sebagai strategi yang bijak dalam berdakwah, yaitu:
1. Memberikan semangat dengan bimbingan tentang kebutuhan terhadap waktu, peluang, dan aktif mendengarkan pengajaran, sehingga tidak menjadikan pengajaran terhadap manusia itu sebagai mainan atau cemoohan, yang membuat mereka payah mendengarkannya, banyak meninggalkan ajaran-ajaran yang bermanfaat itu, dan nasehat-nasehat yang berharga.
2. Memberikan pemahaman bahwa melakukan sesuatu pekerjaan itu haruslah dengan sepenuh hati jika ingin mendapatkan kemudahan dan hasil yang sempurna, bukannya melakukan sesuatu pekerjaan dengan setengah hati.
3. Menyampaikan bahwa orang-orang yang meninggalkan anjuran/suruhan tanpa sesuatu sebab (darurah) hanyalah akan menimbulkan fitnah di belakang hari. Sebab hal itu berarti lari dari suatu masalah tanpa berusaha mencari solusinya. Yang demikian itu tidak dianjurkan, bahkan dilarang.
4. Menyampaikan bahwa kecenderungan hati terhadap harta akan menjauhkan seseorang dari hidayah. Tetapi ketika harta itu ada maka haruslah dimanfaatkan untuk kebaikan umat manusia, tidak melalaikan sedekah, apalagi zakat.
5. Memberikan gambaran bahwa kecenderungan terhadap tujuan dan kelembutan perkataan adalah sesuatu yang sudah seharusnya dimiliki. Hal itu telah dipraktekkan oleh kamu Anshar di Madinah terhadap orang-orang yang hijrah (Muhajirin) dan kaum Quraisy di masanya.
6. Memiliki kecenderungan untuk memaafkan, dan berlaku ihsan dimana sajapun, sebab keduanya sebagai akhlak yang baik dan pokok utama kemaslahatan.
7. Memiliki kecenderungan sikap santun (lemah lembut) dan bukannya kasar/keras. Hal tersebut tentu berguna agar orang tidak lari dari sisi seorang muslim. Yang demikian ini sesuai dengan misi dakwah yang diamanahkan kepada Rasulullah Saw.
8. Memiliki kesabaran dalam menghadapi segala macam cobaan/tantangan. Sebab hal itu sebagai suatu kebaikan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Bahkan dengan kesabaran akan mendewasakan setiap orang yang pada akhirnya selalu berbaik sangka kepada Sang Pemberi Cobaan.
***
Wallahu a’lam .............
Langganan:
Postingan (Atom)