Bahan Kuliah Manajemen Organisasi (MO)
A. Macam-Macam Organisasi
Berikut akan dikutip beberapa macam bentuk organisasi sesuai dengan penekanan terhadap sudut-sudut tertentu yang menjadi ciri khasya.
1. Berdasarkan siapa penerima utama, yaitu:
• Organisasi saling untung, seperti organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, serikat, dan sebagainya.
• Organisasi perusahaan.
• Organisasi pengabdian seperti sekolah, rumah sakit, dan sebagainya.
• Organisasi negara, yang terutama menguntungkan rakyat banyak seperti departemen, polisi, penelitian, dan sebagainya.
2. Berdasarkan sistem wewenang, yaitu:
• Organisasi wewenang mutlak seperti lembaga pemasyarakatan, kamp tawanan perang, rumah sakit jiwa, dan sebagainya.
• Organisasi yang mengutamakan kegunaan (pertimbangan ekonomi) seperti organisasi petani, perserikatan perusahaan, dan sebagainya.
• Organisasi wewenang normatif, ciri-cirinya menggunakan status anggota, mengutamakan ganjaran nilai, seperti organisasi keagamaan, perkumpulan sosial, himpunan profesi, dan sebagainya.
• Organisasi susunan gabungan; gabungan antara wewenang mutlak dan normatif, seperti satuan perang; gabungan antara wewenang motif dan kegunaan, seperti serikat buruh; gabungan antara wewenang mutlak dengan kegunaan, seperti asosiasi industri.
3. Berdasarkan tanggapan anggota terhadap wadah atau organisasinya, yaitu:
• Organisasi alienative, yakni tidak terlibat secara kejiwaan tetapi dipaksa tinggal sebagai anggota
• Organisasi kalkulative, yakni dilibatkan untuk banyak bekerja berdasarkan “balas jasa yang setimpal”.
• Organisasi moral, yakni nilai-nilai sebagai misi organisasi dan mengerjakan pekerjaan di dalamnya karena sesuai dengan nilai-nilai yang dianut.
4. Berdasarkan tingkat kepastian struktur, yaitu:
• Organisasi formal. Maksudnya, suatu organisasi yang mempunyai struktur yang dinyatakan dengan baik yang dapat menggambarkan hubungan-hubungan, wewenang, kekuasaan,akuntabilitas dan tanggung jawab. Organisasi formal juga mempunyai perincian pekerjaan, status, prestige, gaji, dan pangkat yang jelas.
• Organisasi informal. Maksudnya, disusun secara bebas, fleksibel, tidak pasti,dan spontan. Bahkan tujuan organisasipun tidak diperinci secara jelas. Organisasi informal merupakan kebalikan dari organisasi formal.
5. Berdasarkan keterlibatan emosi anggota, yaitu:
• Organisasi primer. Maksudnya, menuntut secara penuh, pribadi dan keterlibatan emosi para anggota mereka. Misalnya keluarga, orang-orang yang mengabdi pada profesinya, dan sebagainya.Organisasi ini adalah memuaskan tujuan mereka sendiri.
• Organisasi sekunder. Maksudnya, hubungan yang terjalin di dalamnya berdasarkan akal, rasional, dan perjanjian. Pekerjaan dinyatakan secara jelas dan tegas. Mereka tidak memuaskan tujuan mereka sendiri, tetapi mempunyai keterikatan dengan anggota-anggotanya. Para anggota melibatkan diri di dalam organisasi hanya dengan cara yang terbatas.
6. Berdasarkan tujuan, yaitu:
• Organisasi pengabdian. Siap membantu tanpa menuntut gaji, misalnya komite sekolah, yayasan amal, dan sebagainya.
• Organisasi ekonomi. Kebalikan dari organisasi pengabdian.
• Organisasi pertahanan. (Kepolisian, angkatan bersenjata, pemadam kebakaran, dan sebagainya).
• Organisasi keagamaan. Memberikan kebutuhan rohani para anngotanya.
• Organisasi sosial. Melayani kebutuhan sosial para anggotanya yang memiliki kesamaan, dan saling membantu.
7. Berdasarkan kebutuhan sosial, yaitu:
• Organisasi ekonomi. Telah dijelaskan sebelumnya.
• Organisasi politik. Melakukan aktivitas utama untuk mencapai pembagian kekuasaan dalam masyarakat.
• Organisasi integratif. Melakukan aktivitas guna memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat. Misalnya lembaga yatim piatu, rumah sakit, pengadilan, dan sebagainya.
• Organisasi pemeliharaan. Melakukan aktivitas untuk memelihara kebudayaan (balai budaya), pendidikan (lembaga pendidikan), kesenian (lembaga kesenian), dan sebagainya.
8. Berdasarkan pembagian biaya dan nilai, yaitu:
• Organisasi koperasi. Mereka berusaha menghasilkan sesuatu untuk kepentingan organisasinya (pengurus dan anggotanya).
• Organisasi keuntungan. Misalnya, perusahaan,industri,perdagangan, dan sebagainya.
• Organisasi pengabdian. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
• Organisasi penekan. Mengarahkan aktivitasnya untuk mempengaruhi para konsumen atau penerima agar memberikan dukungan kepada aktivitas sponsor. Misalnya partai politik, buruh, pereserikatan, dan sebagainya.
9. Berdasarkan luas wilayahnya, yaitu:
• Organisasi daerah. Berlaku hanya di daerah tertentu.
• Organisasi nasional. Berlaku secara nasional.
• Organisasi regional. Mengambil kawasan hingga ke negara-negara tetangga se-kawasan.
• Organisasi internasional. Berlaku secara global atau internasional.
10. Berdasarkan jumlah pucuk pimpinan, yaitu:
• Organisasi tunggal. Memiliki satu orang pucuk pimpinan.
• Organisasi jamak. Memiliki beberapa orang pucuk pimpinan, seperti presidium, direksi, dewan majelis, dan sebagainya.
11. Berdasarkan saluran wewenang, yaitu:
• Organisasi jalur. Wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan di bawahnya dalam semua bidang kerja baik yang pokok maupun tambahan.
• Organisasi fungsional. Wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan di bawahnya dalam bidang kerja tertentu dan dapat memerintah dan meminta pertanggungan jawab dari semua pimpinan satuan pelaksana yang ada sepanjang itu menyangkut bidang kerjanya.
• Organisasi jalur dan staf. Wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan di bawahnya dalam semua bidang kerja baik yang pokok maupun tambahan dan di bawah pimpinan satuan atau pucuk pimpinan yang memrlukan diangkat pejabat yang tidak memiliki wewenang komando melainkan hanya dapat memberikan pertimbangan dalam keahlian tertentu.
• Organisasi fungsional dan jalur. Wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan di bawahnya dalam bidang kerja tertentu dan dapat memerintah dan meminta pertanggungjawaban dari semua pimpinan satuan pelaksana yang ada sepanjang menyangkut bidang kerjanya, dan ia memiliki wewenang dalam semua bidang kerja terhadap satuan di bawahnya.
• Organisasi fungsional dan staf. Wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan di bawahnya dalam bidang kerja tertentu dan dapat memerintah dan meminta pertanggungan jawab dari semua pimpinan satuan pelaksana yang ada sepanjang itu menyangkut bidang kerjanya, dan di bawah pucuk pimpinan diangkat pejabat yang tidak memiliki wewenang komando melainkan hanya dapat memberikan pertimbangan dalam keahlian tertentu.
• Organisasi fungsional, jalur dan staf. Wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan di bawahnya dalam bidang kerja tertentu dan dapat memerintah dan meminta pertanggungan jawab dari semua pimpinan satuan pelaksana yang ada sepanjang itu menyangkut bidang kerjanya, dan pimpinan satuan pelaksana memiliki wewenang dalam semua bidang kerja terhadap satuan di bawahnya, serta di bawah pucuk pimpinan diangkat pejabat yang tidak memiliki wewenang komando melainkan hanya dapat memberikan pertimbangan dalam keahlian tertentu.
12. Berdasarkan ada yang langsung memerinci, yaitu:
• Organisasi sosial. Sudah dijelaskan sebelumnya.
• Organisasi formal. Sudah dijelaskan sebelumnya.
• Organisasi informal. Sudah dijelaskan sebelumnya.
Pada umumnya orang akan berada di dalam sebagian besar organisasi tersebut. Dengan demikian jelaslah bahwa ciri individu adalah sebagian besar dari masa hidupnya ada dalam organisasi, dan berkeanggotaan jamak (Sutarto, 1983: 18-19).
B. Visi dan Misi
Suatu visi adalah suatu perjalanan kejiwaan dari hal yang kita kenal ke arah yang tidak kita kenal. Seperti apa keadaan organisasi lima tahun lagi? Apa yang akan kita peroleh bila kita menggunakan sedikit imajinasi, dan mengesampingkan semua rintangan untuk sementara? Siapa atau apa yang menghalangi impian kita menjadi kenyataan? Bagaimana kita mengatasi rintangan-rintangan itu? Bagaimana kita dapat membangun kepercayaan dalam diri kita sendiri dan dalam orang lain?
Bervisi (visioning) tidak dibatasi oleh investigasi kemungkinan secara ilmiah, tetapi juga merangsang citra kejiwaan, fantasi dan intuisi, memberanikan kita menjelaskan sasaran kita dan memperkuat keyakinan atas kemampuan kita untuk mencapai sasaran. Jika suatu visi akan direalisasikan, kita harus bekerjasama untuk mewujudkannya. Partisipasi penting untuk mencapai identifikasi. Tiap hari kita membuat pilihan besar dan kecil. Kita kan bertindak intuitif yang akan mengarahkan ke sasaran hanya jika nilai-nilai internal dan perilaku eksternal kita bersesuaian. Jadi suatu konsensus tentang tujuan kita dalah suatu prasyarat untuk terpeliharanya keteguhan hati selama masa-masa sulit (Hagemann, 1993: 7).
Visi dapat dipersamakan dengan tujuan organisasi ketika tujuan itu dipahami sebagai keadaan yang dikehendaki pada masa yang akan datang yang senantiasa dikejar oleh organisasi agar dapat direalisasikan. Tujuan atau visi biasanya dipengaruhi oleh tujuan para eksekutif puncak dan dewan direktur amupun bawahan (rank and life). Bahkan kadang-kadang lebih baik ditentukan melalui kondisi perundingan yang aman dan damai, tetapi tidak jarang pula didahului dengan persaingan kekuatan antara berbagai divisi di dalam organisasi (Etzioni, 1985: 9).
Dengan demikian visi adalah keadaan masa depan yang menjadi sasaran sebagian besar sarana organisasi dan tanggung jawab para partisipan di bidang organisasi yang mempunyai prioritas tinggi.
Visi biasanya dimulai dengan awalan “ter”, seperti “terwujudnya”, “terciptanya”, “tercapainya”, dan seterusnya. Visi biasanya dikemukakan secara umum atau general, dan terkadang dengan nada idealis tetapi indikasi-indikasinya dapat dijabarkan dan diukur. Visi tidak boleh dibuat terlalu ideal, sehingga tidak memungkinkan untuk dicapai. Visi ini kemudian digambarkan lewat “misi”. Suatu organisasi harus menjelaskan misi tersebut ke dalam tujuan-tujuan organisasi, baik tujuan jangka pendek, menengah, atau jangka panjang (Pranoto & Suprapti, 2003: 19). Tanpa dijelaskan ke dalam tujuan-tujuan yang jelas, maka organisasi tidak akan mengetahui ke arah mana akan melangkah.
Misi suatu organisasi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi, ia merupakan maksud khas dan mendasar yang membedakannya dengan organisasi lain dan bertujuan mengidentifikasi ruang lingkup cakupan organisasi tersebut.
Ada beberapa hal yang menjadi dasar pentingnya suatu misi organisasi, yaitu:
• Misi merupakan wujud dasar filsafat para pembuat keputusan strategik (pimpinan),
• Misi merupakan cerminan konsep diri organisasi,
• Misi dimaksudkan untuk menunjukkan bidang-bidang pokok garapan organisasi, dan
• Misi merupakan penentuan sasaran-sasaran yang akan digarap oleh suatu organisasi (Handoko, 1995: 108).
Dalam penentuan misi hal-hal yang perlu diperhatikan adalah in put (masukan), proses, out put (hasil), out come (pengaruh), dan benefide (pengembangan). Ketika menuliskan misi, biasanya dimulai dengan awalan “me”, seperti “mengadakan”, “melaksanakan”, “menjalankan”, “menanamkan”, “melakukan”, dan sebagainya.
Sejalan dengan hal di atas, dapat dikemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan suatu misi organisasi adalah faktor internal (dari dalam organisasi; apa yang menjadi sumber kekuatan organisasi tersebut baik sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) dan fasilitas pendukung lainnya) dan faktor internal (lingkungan di mana organisasi itu berada dan pengaruh perubahan teknologi, dinamisnya masyarakat, dan sebagainya). Beberapa tokoh menyebutkannya sebagai analisis terhadap strenght, weakness, opportunity, dan threat (SWOT).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar